Tinggal Bekas Bangunan PLTD, Bupati Inhil Kunjungi M Bara Saputra dan Neneknya
Turut prihatin atas kondisi warganya yang tinggal di bekas bangunan PLTD, Bupati Inhil mengunjungi M Bara Saputra di Kempas dan menyerahkan sejumlah bantuan.
KEMPAS- Mendengar informasi M Bara Saputra tinggal bersama neneknya Syamsuriah (79) di dalam bangunan bekas PLTD di Kecamatan Kempas, Bupati Inhil HM Wardan langsung mengunjungi dan memberikan bantuan kepada seorang bocah kelas VIII SMP itu di Kelurahan Kempas, Kecamatan Kempas, Rabu (22/3/2017).
"Bantuan ini adalah bentuk atau wujud kepedulian kita, semoga bantuan ini dapat meringankan beban nenek dan cucunya ini," kata Wardan.
Pada saat itu juga Wardan langsung meminta Lurah Harapan Tani, Kecamatan Kempas, untuk mendata nenek dan cucunya tersebut, sehingga nantinya mendapat bantuan rumah layak huni (RLH).
Tahun 2017 ini, ungkap Wardan, Pemkab Inhil akan membangun rumah layak huni sebanyak 200 unit, selain itu juga melakukan bedah rumah. Sayangnya, untuk membedah tempat tinggal nenek yang pengap dan diketahui bernama Syamsuriah (79) dan cucunya, M Bara Saputra, secepatnya tidak bisa dilakukan. Sebab, mereka bukan tinggal di atas bangunan milik pribadi. Nenek dan cucu itu tinggal di bekas bangunan PLTD.
Dalam bangunan yang berukuran sekitar 4x4 meter itu, nenek dan cucunya itu mengisi hari-hari mereka dengan satu buah lampu penerang mendapatkan aliran listrik dari tetangga. Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan makan, nenek itu tak mampu lagi bekerja. Cucunyalah yang menjadi tulang punggung mencari rezeki dengan cara mengumpulkan buah pinang yang bagus yang sudah dikupas.
Dalam satu kilo pinang yang dipilih, kata M Bara, dia mendapat upah sebesar Rp600. "Dalam satu hari 15 sampai 20 kilo pinang saya kumpulkan," kata M Bara.
Bekerja sebagai pemilah pinang ini dilakoni M Bara begitu dia pulang sekolah. Namun, jika penyakit alergi kulitnya kambuh dia agak sulit melakukan pekerjaan itu. Gatal tidak saja di tangan namun bisa sampai ke badan M Bara.
Artinya, bocah ini harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membeli obat. Menelan obat alergi yang dibelinya dari toko obat yang tak jauh dari tempat tinggalnya ternyata juga membawa masalah baru bagi M Bara. "Sejak makan obat ini, tubuh saya menjadi gemuk. Tak tau berapa berat badan saya sekarang," kata M Bara yang memang kelihatan tambun.
Sang nenek mengaku, dia dan cucunya tinggal di bekas bangunan PLTD itu sejak empat tahun silam. Sedangkan bangunan tersebut sudah ada sejak 2008 lalu, namun sudah tidak bisa difungsikan akibat kebakaran.
Meskipun Syamsuriah masih bisa berdiri namun dia agak sulit diajak berbicara. Bahkan ketika ditanya kemana orang tua cucunya itu, dia tak tau.
Camat Kempas, Lukman Hakim, yang juga tampak hadir dalam penyerahan bantuan itu mengatakan, dia baru tau ada warga, seorang nenek tinggal bersama cucunya empat hari lalu.
"Setelah melihat langsung, saya melaporkan keadaan warga ini kepada Pak Bupati," kata Lukman Hakim.
Menurut informasi tetangga nenek Syamsuriah, kata Lukman Hakim, cucunya itu sudah tinggal dengannya sejak masih bayi. Makanya banyak warga ketika ditanya siapa orangtua M Bara, tak ada yang tahu.
"Kalau ditanya orang tua M Bara mana, selalu dijawab tak ada. Sejak bayi lagi dia tinggal dengan neneknya," jelas Lukman Hakim.
Pesan terakhir H M Wardan ketika menyerahkan bantuan berupa sajadah, dia meminta M Bara dan neneknya selalu salat dan ikut program Magrib Mengaji. Tapi sayang, Program Magrib mengaji tidak bisa dilakukan M Bara, karena bila senja sudah tiba dia harus menjaga neneknya.
"Saya bisa ngaji," kata M Bara ketika ditanya Wardan apakah dia bisa membaca Al-qur'an.
Sedangkan terkait masalah pendidikan, sejauh ini tidak ada persoalan bagi M Bara. Sebab ada beasiswa untuk dirinya. Namun demikian, Wardan tak puas hati dan dia tidak ingin bocah ini putus sekolah, karenanya diminta kepada pihak terkait memperhatikan M Bara dalam keperluannya menuntut ilmu.(adv).
Post a Comment